Saya ingat salah 1 status fesbuk yang menyatakan “Sidang Paripurna DPR kalah sama Sidang Paripurna Pramuka Penegak dan Pandega”. Absolutely like this.

Saya tidak paham benar apa itu kasus Bank Century, tidak mau tau apa itu Pansus, apalagi tentang pemakzulan Presiden. Saya orang awam yang malas untuk mengamati urusan politik kemudian sok bersikap kritis seakan kita ini orang yang tau semuanya. Tapi, ketika secara tidak sengaja saya melihat kericuhan pada Rapat Paripurna DPR mengenai hak angket kasus Century, saya benar2 merasa terhibur dan … kecewa(Mbok ya kalo ikut rapat paripurna jangan bawa anak TK, tho…). Saya merasa tindakan para anggota legislatif yang kami huoormati dan para wakil2 partai yang kami buuangguakan seakan2 menelanjangi diri mereka sendiri dan berjalan di tengah alun2 kota pada malam tahun baru (Apa ora nyadar ana kamera neng endi-endi? Tek kira ya wis kuliah ngasi sarjana malahan ana sing ngasi doctor, kok ya sikape ora beda karo preman terminal<edit:not for all,oknum only>).

Saya yakin dunia internasional mencatat berita luar biasa lucu ini. Mereka pasti terpingkal2 ketika melihat pemimpin&wakil rakyat ribut di ruang sidang seperti ibu2 pasar yang ngga mau ketinggalan obral gratis, benar2 seperti Reality Show bergenre komedi yang mungkin bisa melebihi rating tayangan sejenis Laptop si Unyil, si Bolang, atau bahkan Upin Ipin. Wah saya malah khawatir setelah tayangan itu dilihat mata dunia, nantinya mereka yang ribut2 itu bakal dikontrak buat jadi pemain utama di cartoon Walt Disney, US.

Eh, betewe setelah menyaksikan kejadian yang patut diacungi jempol-yang-banyak-panu&kutu-air itu, saya jadi kecanduan baca koran terutama rubrik yang memuat artikel2 tentang si Century itu, yaa meskipun tidak lebih sering daripada baca majalah Bobo atau Neka si Anak Cerdas, tapi saya tetap kagum dengan kemampuan saya melahap 3 artikel sekaligus di koran Suara Merdeka, 6 Maret 2010.

Tapi anu emang dasar saya ini manusia-tak-bermodal-tapi-masih-lumayan-bermoral, si Koran yang saya baca itu bukan karena saya beli. Tapi kebeneran lagi njenguk Bulik yang abis nglairin di RSB.Nugroho, eh, tiba2 sebuah koran muncul dan mengedipkan mata menggoda (ting*ting* mode on). Pertama saya tertarik juga bukan karena lirikan maut atau berita utama di koran, tapi foto Presiden SBY bersama salah seorang anggota DPR. Menariknya, SBY tuh keliatan putih banget tidak seperti orang berumur, terus bibirnya merah banget kaya pake lipstik. Nah…itulah alasan saya pengin baca koran itu, kwkwkwk…

Ada 3 artikel yang menarik.

Pertama, berita tentang data kekayaan SBY dan Boediono (aja takon judule!kelalen) pada tahun 2010. Di situ dijelaskan bahwa kekayaan SBY membengkak 1 Milyar dan Boediono 6 Milyar dibanding tahun lalu. Tapi, yang menarik bagi saya ntu bukan pembengkakan kekayaan mereka, tapi data kekayaan SBY menyebutkan kalo dia punya mobil “Range Rover Sport”. Whow!!! Itu menunjukkan SBY punya selera bagus dalam memilih mobil. Saya sangat ngepens dengan mobil termewah ini, soale bisa dibawa ngetrack ke hutan tanpa kepater apalagi mogok(tapi ya tetep bae eman2 angger kegesrek wit2an. Kan cet mobil regane lewih larang daripada batagor, betul tidak??). Wah enaknya kalo jadi menantunya SBY, minimal bisa pinjem mobil itu kalo mau main repling ke Serang, kwkwkwkwk…

Kedua, tentang perbedaan pendapat adiknya Gusdur dengan partai yang menaunginya sendiri yaitu PKB (jen, aku kelalen jenenge adine Gusdur koh. Temenan!). Dhewekan, jen temenanan beda dhewek pendapate karo anggota PKB liane. Dia berani!! Saya acungi jempol, kali ini jempol bersih berkuku putih kinclong dan mengkilap, wangi…pisan. Dia menganggap kebijakan Boediono untuk melakukan penyelematan terhadap Bank Century dengan mengambil resiko kehilangan 6 Triliun lebih itu benar. Saya salut! Saya bangga terhadap beliau. Tidak takut suara mayoritas, mengeluarkan pendapat sejujur2nya tanpa beban, benar2 mencerminkan keluarga Wahid, ceilaaa…

Yang ketiga, bukan berita melainkan artikel. Kalo artikel ini ditulis dipesbuk, saya passsti orang pertama yang me-like-nya. Kiye lha aku kemutan judule “Haruskah Boediono dan Sri Mulyani…”. Si penulis menyatakan bahwa apa yang terjadi di kursi DPR dan partai2 koalisi adalah semata drama untuk memojokkan Boediono dan Sri Mulyani untuk turun jabatan sehingga perombakan jabatan dan reshuffle menteri dapat segera dilaksanakan dan dengan begitu banyak kursi kosong yang siap dihidangkan. Selain itu, Boediono dan Sri Mulyani merupakan salah dua ujung tombak pemerintahan SBY, jadi kalo mereka turun, kedudukan SBY tidak akan sekuat dulu lagi dan mudah sekali digerogoti tikus-tikus berjas rapi dan bermodis parlente yang haus jabatan itu. Menurut saya, dia juga menganggap para peserta sidang paripurna sudah tidak murni lagi memperjuangkan hak rakyat, tapi juga diselipi dengan perjuangan mendapatkan jabatan untuk kepentingan pribadi dan segelintir kelompok saja. Jelas terbukti dari tindakan anarkis mereka ketika sidang dilaksanakan.

Finally, I conclude that, meskipun saya tidak mengerti secara rinci kasus Century, entah berdasar alasan apa, dan entah kenapa, naluri saya kuat berkata “Tidak benar jika Boediono dan Sri Mulyani harus mundur dari jabatan mereka sekarang. Saya mendukung langkah Boediono dan Sri Mulyani untuk bertanggung jawab terhadap kebijakan mereka dengan meneruskan tugas mereka bukannya menanggalkan jabatan begitu saja.” Ini bukan pendapat yang berdasarkan intelektualitas, fakta, ataupun dasar kuat (saya tidak ingin dianggap sebagai golongan politis yang bersikap kritis. Matur nuwun lah ya, mbok dadi sariawanen sewulan ora mari2 angger disebut kaya kue,hahaha!!). Pendapat saya ini bersumber dari hati nurani, tapi dengan keyakinan kuat. Sangat kuat.

NB: Teman2, kita harus bangga terhadap kedua putra bangsa itu. Apalagi Sri Mulyani memasuki urutan ke 74 dari 100 perempuan paling berpengaruh di dunia, berarti dunia internasional sudah mengakui kehebatan beliau, bukan? Jangan mudah memandang seseorang dari satu atau dua kesalahannya saja tanpa mempertimbangkan apa yang sudah mereka berikan kepada Negara kita. Mbok kaya Habibi, loh. Wis dusir2 sekang Indonesia, eh, siki rakyat Indonesia pada nyesel, mbok? Yang katanya “ Coba kalo dulu ngga ngusir Habibi, pasti sekarang industri pesawat terbang Indonesia dan Teknologi Informatika maju.” Lah, preeeettt lah!!!! Jangan sampai kita jadi orang yang plin plan, jarkoni, suka mau untungnya sendiri, angger lagi butuh eman tapi angger wis ora butuh dibuang padahal langka jaminan dhewek bener2 ora butuh maning kapan2 mbok? Jangan sampai kita kehilangan ‘buah tangan dan pikiran’ tokoh2 seperti Habibi lagi. Jangan!! Jangan!!

Sunday, March 7th 2010
Ditoelis oleh: Hafizhah eL.